Rabu, 29 Februari 2012

Elements of Chemical Reaction Engineering 3rd edition - Scott Fogler

 
Elements of Chemical Reaction Engineerin 3rd edition (Fogler) -Applied Algorithms + Software Packages = Advanced Tools for Solving Complex Problems
The newest digital techniques, built on the sound foundations of the classic, best-selling text.
With a combination of user-friendly software and classic algorithms, students learn to solve problems through reasoning rather than memorization.
Thorough coverage of the fundamentals of chemical reaction engineering forms the backbone of this trusted text, presented in a framework that helps develop critical-thinking skills and practical problem-solving. All the classical elements are covered. "Elements of Chemical Reaction Engineering, Third Edition," builds a strong understanding of chemical reaction engineering principles and shows how they can be applied to numerous reactions in a variety of applications.
The structured approach helps develop skills in critical thinking, creative thinking, and problem-solving, by employing open-ended questions and stressing the Socratic method.
To enhance the transfer of skills to real-life settings, three styles of problems are included for each subject:
  • Straightforward problems that reinforce the material
  • Problems that encourage students to explore the issues and look for optimum solutions
  • Open-ended problems that encourage students to practice creative problem-solving skills
"Elements of Chemical Reaction Engineering, Third Edition" remains a leader as the only undergraduate-level book to focus on computer-based solutions to chemical reaction problems. About the CD-ROM The enclosed CD offers numerous enrichment opportunities for both students and instructors, including:
  • Learning Resources: lecture notes, web modules, and problem-solving heuristics
  • Living Example Problems: POLYMATH software that allows students to explore the examples and ask "what-if" questions
  • Professional Reference Shelf: detailed derivations, equations, general engineering materials, and specialty reactors and reaction systems
  • Additional Study Materials: extra homework problems, course syllabi, guides to popular software packages
Throughout the text, margin icons link concepts and procedures to the material on the CD for fully integrated learning and reference.

Baca Selengkapnya..

Sabtu, 25 Februari 2012

Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi Jilid iv (Teknik Pemindahan Mikroba secara aseptik dan isolasi)


Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi
Gambar 1. Metode Cawan Gores

  1. Apa tujuan percobaan kali ini ?
  2. 1. Mampu memahami prinsip pemindahan biakan murni dengan teknik aseptik.
    2. Mampu memahami prinsip pemindahan biakan cair dalam jumlah terukur dengan teknik aseptik.
    3. Mampu memahami prinsip isolasi bakteri dari suatu campuran dengan metode cawan gores dan cawan tuang.
  3. Apa itu biakan murni ?
  4. Biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan / Biakan yang merupakan hasil dari pembelahan satu sel tunggal.
  5. Apa itu inokulasi ?
  6. Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
  7. Bagaimana teknik inokulasi pada media agar miring ?
  8. 1. Bila tujuan inokulasi adalah mengamati pola tumbuh bakteri, lup digoreskan dengan lurus dari dasar agar miring kemudian naik ke atas.
    2. Bila tujuan inokulasi adalah mendapatkan biakan dalam jumlah banyak, lup digoreskan secara zig-zag yang dimulai dari bagian dasar agar miring.
  9. Secara umum , sebutkan teknik inokulasi pada media padat !
  10. a. Metode penggesekan pada agar lempengan
    i. Streak Plate
    Pada metode ini, sampel bakteri diambil dengan ujung kawat yang bengkok. Kemudian bagian yang bengkok ini digesekkan dengan gerakan ke kiri dan ke kanan sampai meliputi seluruh permukaan agar. Dengan demikian akan diperoleh koloni-koloni yang menggerombol dan koloni-koloni yang memencil. Teknik streak plate merupakan metode yang digunakan secara luas untuk mendapatkan koloni yang diisolasi dari biakan campuran.

    Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan ketrampilan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang biasa dilakukan ialah: tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang bagus dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digoreskan.

    ii. Spread Plate
    Ada metode lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menyebarkan campuran sel-sel pada permukaan agar, lalu campuran ini diratakan dengan menggunakan lup inokulasi sehingga setiap sel tumbuh menjadi koloni yang terpisah, pertumbuhan mikroorganisme akan terlihat secara makroskopis pada medium padat, masing-masing koloni mewakili biakan murni. Cara ini disebut juga spread plate.


    b. Metode penggesekan pada agar miring.
    Media yang berupa agar-agar miring diperoleh dengan jalan sebagai berikut. Tabung reaksi yang berisi medium agar-agar (sebanyak 4 atau 5 mL) setelah diambil dari autoklaf, dibaringkan hampir horisontal. Setelah media mengental, dan tabung reaksi ditegakkan, akan diperoleh suatu permukaan media yang miring dan berbentuk bulat panjang. Untuk membuat biakan pada media tersebut maka ujung kawat yang berisi bakteri digesekkan satu kali dari ujung bawah ke ujung atas sehingga garis tersebut merupakan diameter memanjang dari permukaan media. Dengan demikian akan diperoleh biakan miring (slant culture). Warna dan bentuk koloni yang ditanam akan tampak dengan jelas.

    c. Metode tusukan
    Biakan tusukan dapat diperoleh dengan menusukkan ujung kawat yang membawa bakteri lurus ke dalam media melalui tengah-tengah media. Ujung kawat yang membawa bakteri ditusukkan ke dalam agar-agar dalam tabung reaksi. Permukaan agar dalam tabung reaksi tidak miring, tetapi lurus. Dengan cara ini diperoleh biakan tusukan (stab culture). Bakteri yang aerob akan tampak tumbuh dekat permukaan media.

    d. Metode adukan dalam agar cair
    Setetes suspensi bakteri dicampur dengan media yang masih cair, dengan demikian akan diperoleh biakan adukan (shake culture). Bakteri yang akan digunakan untuk membuat biakan adukan dapat diperoleh dari biakan dalam media cair, atau dari suatu koloni pada media padat. Kalau digunakan bakteri dari suatu koloni pada media padat, maka sampel yang diambil dari koloni tersebut perlu diencerkan terlebih dahulu dalam air steril sehingga terjadi suatu suspensi.

    Setetes (kira-kira 0,1 mL) dari suspensi itu diletakkan di tengah-tengah cawan petri yang steril. Kemudian diambil agar-agar yang belum membeku, dan media tersebut dituangkan ke dalam cawan petri sehingga tuangan tersebut mencampuri setetes suspensi bakteri. Setelah cawan petri ditutup, maka cawan diputar membentuk angka delapan dengan tidak diangkat dari permukaan meja. Dengan demikian suspensi bercampur merata dengan media. Setelah diinkubasi, dapat diamati bahwa koloni bakteri dapat tumbuh pada media.

  11. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengisolasi biakan murni mirkoorganisme ?
  12. a) Metode Gores
    Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi. Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.

    b) Metode Tebar
    Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.

    c) Metode tuang
    Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung.

    d) Metode tusuk
    Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media.

  13. Metode apa saja yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni KHUSUS BAKTERI ?
  14. a. Dengan Pengenceran
    Cara ini pertama-tama dilakukan oleh Lister tahun 1865. Ia berhasil memelihara biakan murni Streptococcus lactis yang diisolasi dari susu yang sudah masam. Caranya, sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian diambil sebanyak 1 mL untuk diencerkan lagi. Kalau perlu, dari pengenceran yang kedua ini diambil 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu media padat (biasanya berupa agar padat di dalam cawan petri), kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang tumbuh dalam media tersebut, tetapi mungkin juga hanya diperoleh satu koloni saja.

    Dalam hal yang demikian ini diperoleh satu koloni murni, dan selanjutnya spesies ini dapat dijadikan biakan murni. Kalau belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh itu murni, pengenceran dapat diulangi dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.

    Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan ketrampilan khusus karena prosedur kerjanya mudah. Meskipun begitu, cara ini memiliki kekurangan yaitu prosedur kerjanya cukup merepotkan sebab perlu dilakukan pengenceran berkali-kali. Selain itu, karena prosedur kerja yang panjang itu diperlukan waktu yang lama serta peralatan yang banyak untuk bisa melakukan percobaan ini. Pada teknik ini juga, mikroba anaerob tidak dapat tumbuh, karena mikroba hanya diinokulasi pada permukaan media.

    b. Dengan Penggesekan
    Kelebihan dari metode ini adalah tidak begitu memakan waktu, tetapi metode ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba anaerob.

    Jika ujung kawat inokulasi dibengkokkan, kemudian ujung itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat, maka beberapa waktu kemudian (± 12 jam) akan tampak koloni-koloni yang letaknya tersebar di permukaan medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu biakan murni.

    c. Dengan Penuangan
    Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam suatu media dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian diperoleh suatu biakan adukan. Setelah media mengental, selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan seperti tersebut di atas, akhirnya akan diperoleh biakan murni yang lebih terjamin.

    Teknik ini memiliki keuntungan yaitu tidak membutuhkan cawan berisi media padat yang harus disiapkan sebelumnya, dan seringkali digunakan untuk memperkirakan kontaminasi bakteri dalam makanan. Selain itu, metode ini tidak terlalu sukar sehingga untuk melakukannya dengan baik tidak diperlukan ketrampilan seperti pada penggesekan. Satu kekurangan dari cawan tuang adalah koloni yang ditanamkan akan menjadi jauh lebih kecil dari koloni pada permukaan, dan harus dihitung dengan hati-hati supaya tidak ada yang terlewatkan.

    d. Dengan Mengucilkan Satu Sel (Single Cell Isolation)
    Metode ini dilakukan dengan menggunakan mikropipet yang dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak, dengan tidak ada bakteri lain yang ikut. Mikropipet ini ditempatkan pada tangan-tangan suatu mikromanipulator. Dengan mikropipet, dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Pekerjaan ini dilakukan di bawah lensa obyektif mikroskop. Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan mikropipet lain, tetesan tersebut dipindahkan ke suatu media encer dengan maksud supaya bakteri tersebut berkembang biak dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh biakan murni.

    Metode ini memiliki kelemahan karena dalam pengerjaannya sangat diperlukan kesabaran. Selain itu, metode ini juga memerlukan mikromanipulator yang harganya mahal. Tetapi, dengan menggunakan metode ini, bisa diperoleh biakan murni yang benar-benar berasal dari pembelahan satu sel.

    e. Dengan Inokulasi Hewan

    Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan. Misalnya, diambil dahak dari seseorang yang disangka menderita TBC. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka bakteri-bakteri lain yang terikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian dapat diperoleh hanya bakteri TBC saja. Piaraan Pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian juga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati itu akhirnya dapat dipindahkan ke media yang sesuai.

  15. Mengapa pada saat pemindahan biakan ke agar miring, perlu dilakukan penggoresan secara zig-zag ?
  16. Hal tersebut dilakukan agar penyebaran bakteri pada NA lebih luas dan jumlah bakteri yang tumbuh akan lebih banyak.
  17. Mengapa NA harus cepat dituang dalam keadaan hangat, namun juga tidak boleh dituang dalam keadaan panas ?
  18. NA harus cepat dituang setelah mengalami pengenceran sebab agar akan memadat pada suhu 43ºC. Namun penuangan juga tidak boleh dilakukan pada suhu diatas 50ºC karena akan terjadi kondensasi yang berlebihan. Suhu yang baik adalah 50ºC.
  19. Mengapa cawan yang telah dituangi NA perlu digoyang membentuk angka delapan ?
  20. Agar bakteri menyebar rata pada media
  21. Bagaimana hasil percobaan kali ini ?
  22. Untuk proses pemindahan dari suatu media (tanpa mikroorganisme) ke media berikutnya, media berikutnya haruslah tetap bening.

    Untuk proses pemindahan dari suatu media (ada mikroorganisme) ke media berikutnya, media berikutnya akan berwarna kekeruhan. Jika letak koloni bakteri tersebut di bagian dasar, bakteri tersebut termasuk kelompok anaerob (obligat maupun fakultatif). Jika di bagian tengah, termasuk anaerob fakultatif. Jika di bagian permukaan termasuk bakteri aerob. 
     Versi document bisa kalian dapatkan sekarang juga!!
     
    Pelajari juga cara kerja. Semoga berhasil !
    Whatever you do, do it with love..
    What ever you say, say it with confidence..

     
    Baca Selengkapnya..

    Rabu, 22 Februari 2012

    Pulp and Paper Chemistry and Technology 2nd Ed

    PULP and PAPER CHEMISTRY and Technology -The production of forestry products is based on a complex chain of knowledge in which the biological material wood with all its natural variability is converted into a variety of fiber-based products, each one with its detailed and specific quality requirements. This four volume set covers the entire spectrum of pulp and paper chemistry and technology from starting material to processes and products including market demands. Supported by a grant from the Ljungberg Foundation, the Editors at the Royal Institute of Technology, Stockholm, Sweden coordinated over 30 authors from university and industry to create this comprehensive overview. This work is essential for all students of wood science and a useful reference for those working in the pulp and paper industry or on the chemistry of renewable resources.

    Baca Selengkapnya..

    Chocolate Science and Technology - Emmanuel Ohene Afoakwa



    Chocolate Science and Technology - This book provides an overview of the science and technology of chocolate manufacture from cocoa production, through the manufacturing processes, to the sensory, nutrition and health aspects of chocolate consumption. It covers cocoa cultivation and production with special attention paid to cocoa bean composition, genotypic variations in the bean, post-harvest pre-treatments, fermentation and drying processes, and the biochemical basis of these operations. The scientific principles behind industrial chocolate manufacture are outlined with detailed explanations of the various stages of chocolate manufacturing including mixing, refining, conching and tempering. Other topics covered include the chemistry of flavour formation and development during cocoa processing and chocolate manufacture; volatile flavour compounds and their characteristics and identification; sensory descriptions and character; and flavour release and perception in chocolate. The nutritional and health benefits of cocoa and chocolate consumption are also addressed. There is a focus throughout on those factors that influence the flavour and quality characteristics of the finished chocolate and that provide scope for process optimization and improvement. The book is designed to be a desk reference for all those engaged in the business of making and using chocolate worldwide; confectionery and chocolate scientists in industry and academia; students and practising food scientists and technologists; nutritionists and other health professionals; and libraries of institutions where food science is studied and researched. an overview of the science behind chocolate manufacture covers the whole process from cocoa production, through manufacturing, to the nutrition and health aspects of chocolate consumption focuses on factors that influence chocolate flavour and quality, and that provide scope for process optimization and improvement.

    Baca Selengkapnya..

    The Lipid Handbook - Gunstone

    Lipid Handbook free download, The Lipid Handbook Gunstone ebook free download, Lipid Handbook DOWNLOAD

    Extensively revised, reorganized, and expanded, the third edition of the industry standard, The Lipid Handbook reflects many of the changes in lipid science and technology that have occurred in the last decade. All chapters have been rewritten, many by new authors, to match the updated thinking and practice of modern lipid science and bring a fresh perspective to twenty years of tradition.

    Retaining the general structure of the previous editions, The Lipid Handbook with CD-ROM, Third Edition collates a wide range of information into a single volume. New contributions highlight the latest technologies utilized in today's lipid science such as chromatographic analysis and nuclear magnetic resonance spectroscopy. An entirely new chapter is devoted to non-food uses such as lipids as surfactants, cosmetics, and biofuels. Expanded sections illustrate a growing emphasis on lipid metabolism and the nutritional, medical, and agricultural aspects including human dietary requirements and disorders of lipid metabolism. The dictionary section is vastly expanded to cover chemical structure, physical properties, and references to thousands of lipid and lipid related molecules. The handbook now includes a CD-ROM that allows instant access to tabulated and referenced information and can be searched either as the full text or by structure or substructure.

    Baca Selengkapnya..

    Jumat, 17 Februari 2012

    Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi Jilid III (Pembuatan Media dan Sterilisasi)

    Jurnal Praktikum Mikrobiologi
    1. Seperti biasa, apakah tujuan dari praktikum kali ini ?
      1. Mahasiswa mampu melakukan penyiapan media untuk disterilisasi
      2. Mahasiswa mampu melakukan sterilisasi media
      3. Mahasiswa mampu melakukan penuangan media agar pada cawan petri dan melakukan pembuatan media agar miring
    1. Sebutkan macam-macam media pembiakan bakteri ?
      Berdasarkan ada tidaknya penambahan zat pemadat seperti agar-agar, gelatin , maka dikenal 3 bentuk media, yaitu
      • media padat untuk mengamati morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni(Contoh : Nutrient Agar, Mac Conkey Agar), 
      • media semi padat : untuk menumbuhkan mikroba yang memerlukan sedikit air dan hidup anaerobik atau fakultatif. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. (semisolid), dan 
      • media cair untuk membuat biakan dalam jumlah besar, penelaahan fermentasi dan berbagai macam uji(Contoh : Lactose Broth, Nutrient Broth).



      Berdasarkan susunannya, media dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain :
      • Media alami, adalah media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang, nasi, telur, daging, roti ;
      • Media sintetis, adalah media yang disusun oleh senyawa kimia. Pada media sintetik kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci.
      • Media semisintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan alami dan bahan sintetis, misalnya KNA, PDA, touge agar.

      Berdasarkan sifatnya, media dapat dibedakan menjadi :
      • Media umum, adalah media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum, seperti KNA dan PDA.
      • Media pengaya, kalau media tersebut digunakan untuk member kesempatan terhadap suatu jenis/kelompok mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari yang lainnya yang bersama-sama dalam suatu sampel. Misalnya pada media kaldu selenit/kaldu tetrationat dalam waktu 18-22 jam mikroba lain akan terhambat/terhenti pertumbuhannya sedangkan Salmonellla akan tetap tumbuh.
      • Media selektif, adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih mikroorganisme tertentu, tetapi akan menghambat/mematikan jenis lainnya. Misalnya media SS agar untuk Salmonella dan Shigella, media EMB agar untuk Coliform.
      • Media diferensial, yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba tertentu serta penentuan sifat-sifatnya. Misalnya media EMB agar untuk Coliform, media agar darah untuk menumbuhkan bakteri hemolitik.
      • Media penguji, yaitu media yang digunakan untuk pengujian senyawa atau benda-benda tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, asam amino, antibiotika, residu pestisida, residu deterjen dan sebagainya. Media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba juga ditambahkan sejumlah senyawa tertentu yang akan diuji.
      • Media enumerasi, yaitu media yang dipergunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan. Media ini dapat berbentuk media umum, media selektif atau media diferensial dan penguji.
    1. Apa yang Anda ketahui mengenai sterilisasi ?
    2. Sterilisasi adalah proses mematikan semua mikroorganisme termasuk bakteri, spora, bakteri, kapang dan virus. Dalam proses pembiakan bakteri, sterilisasi mutlak diperlukan untuk menghindari kontaminasi bakteri non-target atau mikroorganisme lain (jamur atau virus). Sterilisasi umumnya dilakukan menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan. Disinfektan atau disebut juga larutan sterilisasi dingin dapat merusak banyak mikroorganisme (bakteri, virus, kapang) tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Oleh karena itu disinfeksi tidak dapat menggantikan peran sterilisasi autoklaf.

      Macam-macam Sterilisasi :
      Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Tetapi jika tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Beberapa cara untuk mensterilkan medium:
      • Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit. Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel.
      • Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten. Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah. Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis.
      • Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C. Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya.
      • Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa menit. Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan. Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam.
      • Cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril.
      • Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat.
      • Menggunkan sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat.
      • Dengan Penambahan Bahan Kimia
        1. Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
        2. Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
        3. Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein mikroorganisme.
        4. Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia.
        5. Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
    3. Bahan apa saja yang tidak bisa disterilkan di autoklaf ?
    4. • Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
      • Pelarut organik, seperti fenol
      • Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS
    5. Apa tujuan penambahan sumbat pada tabung reaksi ?
    6. Hal ini bertujuan untuk mencegah mikroba masuk ke dalam cawan petri dan tabung reaksi.
    7. Bagaimana komposisi dari NA dan NB ?
    8. NA dan NB mempunyai komposisi yang hampir sama. Sama-sama mengandung 5 gram/liter pepton dari daging dan 3 gram/liter ekstrak daging. Pepton dari daging berfungsi sebagai sumber protein, sedangkan ekstrak dari daging berfungsi sebagai sumber nitrogen, vitamin, dan karbohidrat bagi bakteri. Yang berbeda adalah NA mengandung 12 gram/liter agar-agar, sedangkan NB tidak mengandung agar-agar. Agar-agar pada NA berfungsi sebagai bahan pemadat. pH NA dan NB sekitar 6,8-7,2 karena bakteri pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada pH=7.
    9. Mengapa sebelum melarutkan NA, air suling harus dipanaskan terlebih dahulu sedagkan pada pembuatan larutan NB tidak diperlukan pemanasan terlebih dahulu ?
    10. Pemanasan air suling bertujuan untuk memudahkan dalam melarutkan NA, sebab NA sukar larut di dalam air pada suhu kamar, serta untuk menghindari pemanasan yang terlalu lama, sebab pemanasan yang terlalu lama dapat menyebabkan hangusnya media. NA akan larut dalam air pada suhu ± 95ºC dan memadat pada suhu 43°C. Proses pemanasan tidak dilakukan pada pembuatan larutan NB ini karena NB mudah larut dalam air.
    11. Mengapa pada praktikum kali ini digunakan metode sterilisasi basah ?
    12. Untuk proses sterilisasi dalam percobaan ini digunakan autoklaf (sterilisasi basah) dan tidak digunakan oven (sterilisasi kering), karena jika menggunakan oven dikhawatirkan glukosa dalam media akan rusak menjadi karamel, selain itu sterilisasi kering membutuhkan waktu yang lebih lama daripada sterilisasi basah.
    13. Bagaimana proses sterilisasi menggunakan autoklaf ?
    14. Pertama-tama air suling dituangkan secukupnya ke dalam autoklaf, tidak digunakan air PAM karena air PAM mempunyai tingkat kesadahan yang cukup tinggi, sehingga dikhawatirkan akan timbul kerak pada dasar autoklaf, selain itu membuat alat-alat yang disterilisasi menjadi rusak karena adanya ion Ca2+ dan Mg2+. Kemudian tabung-tabung yang berisi media ditata sedemikian sehingga tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara bebas agar media tidak tumpah saat tekanan dalam autoklaf menjadi cukup tinggi karena dorongan uap air dari bawah. Autoklaf ditutup, mur-murnya dikencangkan secara merata, pemanasnya dipasang, dan pengatur klep pengaman dibuka uap yang terbentuk pada dasar sterilisator akan mengalir ke atas dan menimbulkan bunyi mendesis. Ketika terdengar bunyi mendesis, klep pengaman ditutup sehingga tekanan akan naik. Proses sterilisasi dipertahankan pada 15 psi selama 15 menit, apabila tekanannya melebihi 15 psi, klep pengaman dibuka untuk menurunkan tekanan. Apabila tekanan mencapai 35 psi, secara otomatis sumbat pengaman yang terletak langsung di belakang pegangan tutup akan terlepas. Pada akhir proses, tekanan ditunggu sampai nol dan suhu turun sampai jauh di bawah 100°C baru tutup sterilisator boleh dibuka karena sterilisator uap dapat berbahaya karena pada setiap cm2 dinding sterilisator terdapat tekanan sebesar ± 1 atm. Di samping itu turunnya tekanan secara mendadak dapat menyebabkan medium mendidih dan sumbat labu atau tabung terlempar. Bila setelah alat pengukur tekanan menunjukkan angka nol sterilisator masih terus dibiarkan mendingin lebih lanjut tanpa membuka klep pengaman, maka dapat terbentuk vakum di dalam ruangan sterilisator sehingga tutupnya tidak akan dapat dibuka sebelum keadaan vakum ditiadakan. Setelah proses sterilisasi selesai, masing-masing tabung dikeluarkan, sisa uap air yang tertinggal di dalam sterilisator dikeluarkan dan akan didapatkan media yang steril karena pada suhu 121oC dan tekanan 15 psi atau 1 atm, mikroorganisme yang terdapat pada media tersebut sudah mati.
    15. Mengapa penuangan larutan NA kedalam cawan petri harus dilakukan dalam keadaan hangat (50 derajat C) ?
    16. NA pada tabung yang besar dituang secara aseptik ke dalam cawan petri ketika suhunya 50C. Jika suhunya di atas 50C akan terjadi kondensasi uap yang berlebihan, sedangkan jika suhunya di bawah 50C NA pada tabung reaksi akan memadat, sehingga pada saat penuangan media menjadi tidak merata.
    17. Mengapa setelah dituang pada cawan petri, perlu dilakukan pemutaran membentuk angka 8 ?
    18. Hal ini dimaksudkan untuk meratakan media NA yang terdapat pada cawan petri.
    19. Mengapa posisi cawan petri pada lemari pendingin harus dalam posisi terbalik ?
    20. Hal ini dimaksudkan agar titik-titik air yang terdapat di tutup cawan petri tidak jatuh dan membasahi media agar yang sudah memadat.
    21. Mengapa pada tabung reaksi yang berisi NA harus dibuat miring/ dimiringkan ?
    22. Untuk memperluas bidang permukaan tumbuh untuk pembiakan.
      Pelajari juga Cara Kerja
    Baca Selengkapnya..

    Selasa, 14 Februari 2012

    Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi Jilid II (Pengamatan Bakteri dan Pengecatan Gram))

    Soal Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi

    1. Seperti biasa, pada no 1 selalu ditanyakan apa tujuan dari praktikum kali ini ?
    2. 1. Mahasiswa mampu melakukan penyiapan olesan bakteri dengan baik sebagai prasyarat macam pewarnaan
       2. Mahasiswa mampu melakukan pewarnaan gram 
      3. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan bakteri dengan menggunakan mikroskop
    1. Olesan yang baik itu yang seperti apa ?
    2. Olesan yang baik adalah olesan yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Jika terlalu tebal, maka akan terjadi penumpukan mikroba, sehingga akan sulit diamati. Jika terlalu tipis juga akan sulit diamati karena bentuknya tidak jelas.
    3. Sebutkan macam-macam pewarnaan !
    4. Pewarnaan Negatif
      Metode pewarnaan negatif bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap.
      Pewarnaan Sederhana
      Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri dapat dibedakan dengan menggunakan pewarnaan sederhana. Pada pewarnaan ini, hanya digunakan satu macam zat warna untuk mewarnai sel-sel bakteri.
      Pewarnaan Tahan Asam
      Pewarnaan ini dilakukan pada bakteri tahan asam dalam proses warna akibat Alkohol-asam, dan penggunaan pembalik warna pada tahap akhir dari proses sehingga menghasilkan warna merah.
      Pewarnaan Struktural atau khusus
      Pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai struktur khusus dari bakteri seperti kapsul, spora, flagel dan nukleolus.
      Pewarnaan Diferensial/Pewarnaan Gram
      Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding selnya. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
    5. Mengapa bakteri gram positif bisa tewarnai biru ungu sedangkan bakteri gram negatif terwarnai merah muda ?
    6. BACA ARTIKEL INI
    7. Contoh Bakteri gram positif dan gram negatif ?
    8.  
      (Sumber wikipedia.org)
    1. Mengapa perlu dilakukan pengocokan tabung reaksi berisi biakan sebelum diambil ?
    2. Hal ini bertujuan agar tidak ada endapan bakteri di bagian bawah tabung.
    3. Mengapa pada media padat perlu ditambahkan air steril sedangkan pada media cair tidak?
    4. Pada media padat, perlu ditambahkan air steril karena sel-sel pada medium padat cenderung melekat dengan sesamanya, sehingga jika tidak diberi air steril, bakteri akan saling tumpang tindih dan hal ini yang menyulitkan pengamatan. Sedangkan pada media cair tidak perlu ditambahkan air steril karena sel-sel bakteri dalam medium cair dapat bergerak bebas dan tidak melekat dengan sesamanya, sehingga tidak diperlukan lagi air steril seperti media padat.
    5. Apa yang Anda ketahui tentang fiksasi ?
    6. Fiksasi adalah proses pengawetan dan pelekatan atau penempelan struktur sel mikroorganisme pada suatu posisi. Selain itu fiksasi juga berfungsi untuk menonaktifkan enzim lytic sehingga bakteri tidak mengalami lisis dan berubah bentuk pada saat diamati. Fiksasi dilakukan setelah olesan pada kaca preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya. Tujuan dari fiksasi adalah pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut tidak ikut hilang tercuci. Fiksasi yang digunakan pada percobaan kali ini adalah fiksasi panas, yaitu dengan cara melewatkan kaca preparat di atas api. Fiksasi dilakukan sampai kaca preparat terasa hangat apabila ditempelkan pada punggung tangan. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan lama, karena bakteri yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi perubahan bentuk dan penyusutan sel.
    7. Apa fungsi pewarna ungu kristal dan apa konsekuensi jika proses pewarnaan terlalu lama atau cepat ?
    8. Zat pewarna ini berfungsi untuk memberikan warna ungu pada semua bakteri. Proses yang dilakukan selama 1 menit, karena jika terlalu lama maka warna ungu ini akan menembus dinding sel, sehingga akan sulit membedakan gram positif dan negatif. Tetapi jika kurang dari 1 menit, zat warna ungu akan kurang melekat sehingga akan menyulitkan pengamatan.
    9. Apa fungsi iodin gram?
    10. Iodine gram sering disebut dengan zat mordan. Zat mordan sendiri adalah zat yang dapat membuat zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel dengan membentuk kompleks iodine-violet. Selain itu, penambahan iodine gram bertujuan agar sel-sel bakteri akan dapat diwarnai lebih intensif dan akan menyebabkan pewarna terikat lebih kuat pada jaringan sel.
    11. Apa fungsi ethanol dan apakah bisa diganti dengan zat lain , sebut beserta alasannya ?
    12. Penambahan etanol 95% ini berfungsi untuk memucatkan warna ungu kristal pada kaca preparat yang sudah menempel pada olesan bakteri tersebut. Selain digunakan etanol sebagai pemucat, dapat juga digunakan zat lain yang dapat melarutkan kompleks ungu-iodium, contohnya aceton. Namun, aceton merupakan pemucat yang bekerja paling cepat sehingga dikhawatirkan akan terjadi pemucatan yang berlebihan. Pemucatan ini akan mengakibatkan bakteri gram negatif kehilangan warnanya dan kembali menjadi tak berwarna, namun bakteri gram positif tetap berwarna ungu/ biru.
    13. Apa fungsi safranin dan mekanismenya sehingga bisa dibedakan antara gram positif dan gram negatif ?
    14. Safranin merupakan pewarna tandingan yang akan memberikan warna merah muda pada bakteri. Setelah digenangi dengan pewarna tandingan, olesan dibilas dengan aquades. Bakteri gram negatif yang tidak berwarna kemudian akan menyerap warna ini sehingga berwarna merah muda sedangkan bakteri gram positif yang telah berwarna ungu/biru tidak akan menyerap warna ini (warna merah muda dari safranin). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur dinding sel bakteri gram positif dan bakteri negatif, dimana bakteri gram positif mempunyai dinding sel yang lebih tebal dan mengandung sedikit lipid dibandingkan dengan dinding bakteri gram negatif yang mengandung banyak lipid. Ketika pemucatan dinding sel yang tebal pada bakteri gram positif akan mengalami penyusutan oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi, yang menyebabkan pori-pori dinding sel menutup dan mencegah terlarutnya warna ungu kristal-iodium pada langkah pemucatan. Sedangkan sel bakteri gram negatif mempuyai kandungan lipid yang lebih tinggi dari pada dinding selnya. Dan lipid pada umumnya mudah larut pada pelarut yang polar seperti alkohol ataupun aseton. Dengan larutnya lipid pada dinding sel bakteri gram negatif akan memperbesar pori-pori dinding sel sehingga warna ungu kristal-iodium akan lebih mudah hilang pada saat langkah pemucatan.
    15. Berapakah perbesaran yang dipakai untuk pengamatan bakteri dan apa alasannya ?
    16. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Hal ini dikarenakan ukuran bakteri yang sangat kecil, jika menggunakan perbesaran biasa, akan menyulitkan pengamat dalam pengamatan bakteri.
    17. Mengapa pada saat pengamatan perlu diberikan minyak imersi antara preparat dan lensa objektif ?
    18. Hal ini dikarenakan, cahaya yang datang dibiaskan melalui 2 medium yang berbeda, yaitu udara dan kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal. Bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal adalah minyak imersi. Selain itu, minyak imersi juga mempunyai indeks bias yang mendekati atau identik dengan kaca.
    19. Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat bakteri gram positif dapat menjadi gram negatif begitupun sebaliknya !
    20. a. Metode dan teknik yang digunakan Pemanasan yang berlebihan selama fiksasi, dekolorisasi yang berlebihan dengan alkohol, dan bahkan pembilasan dengan air yang terlalu banyak pada tiap langkah dapat menyebabkan bakteri gram positif kehilangan kompleks kristal violet-iodine. 
      b. Umur dari biakan Biakan dengan umur lebih dari 24 jam akam kehilangan kemampuan untuk menahan kompleks kristal violet-iodine.
       c. Organisme itu sendiri Beberapa bakteri gram positif lebih dapat menahan kompleks kristal violet-iodine dibandingkan dengan lainnya. 
      d. Perubahan keasaman. Bila pH turun kemungkinan bakteri gram positif dapat berubah menjadi gram negatif. Sebaliknya bila pH naik ada kemungkinan bakteri-bakteri gram dapat berubah menjadi gram positif. 
      e. Faktor medium Misalnya bakteri-bakteri gram positif yang lemah bila terlalu lama ditumbuhkan dalam medium yang mengandung bahan yang mudah difermentasi dapat berubah menjadi gram negatif.
       f. Kerapatan sel pada olesan Semakin rapat suatu sel bakteri akan semakin sukar hilangnya warna ungu kristal pada saat langkah pemucatan, oleh karena itu pada saat diberi warna tandingan sel bakteri tetap berwarna ungu, padahal bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif.
    1. Langkah kerja
    II.3.1.         Pengamatan Morfologi Khamir
    1.         Dibersihkan kaca obyek dengan baik sehingga bebas dari lemak dan kotoran. Pembersihan kaca obyek dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
    a.          Dilakukan pembersihan di tempat cuci.
    b.         Dengan kaca obyek di tangan kiri, dibasahi telunjuk dan jari tengah kanan.
    c.          Digosokkan kedua jari yang basah pada sabun pembersih.
    d.         Digosok kedua permukaan kaca obyek dengan kedua jari yang bersabun kemudian dibilas dengan air hingga tidak ada lagi sabun yang tersisa.
    e.          Dibersihkan apabila kaca obyek yang bekas diwarnai, langkah c dan d diulangi.
    f.          Diteteskan alkohol 95% pada kedua permukaan kaca obyek.
    g.         Ditiriskan kaca obyek untuk membuang kelebihan alkohol, kemudian diseka kaca obyek dengan lap dari kertas yang disediakan. Kaca obyek tidak boleh diseka dengan menggunakan bahan yang meninggalkan serat pada kaca obyek.
    h.         Setelah dibersihkan, dipegang kaca obyek pada bagian pinggirnya supaya lemak yang terdapat pada jari tidak mengotori kaca obyek.
    2.         Ditulisi sisi kaca obyek dengan nama kelompok dan nama organisme yang akan dioleskan.
    3.         Digunakan teknik aseptik dalam pembuatan olesan. Pembuatan olesan dengan teknik aseptik dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
    a.          Apabila yang dipindahkan adalah biakan dalam media cair, maka diletakkan satu hingga dua lup penuh biakan pada kaca obyek yang bersih setelah mengocok media dengan baik tanpa membasahi sumbat tabung.
    b.         Apabila yang dipindahkan adalah biakan dalam media padat, maka diletakkan satu hingga dua lup penuh aquades pada kaca obyek, kemudian dipindahkan biakan dengan menggunakan lup inokulasi.
    4.         Olesan dibiarkan kering di udara, kemudian olesan dilalukan beberapa kali di atas api hingga kaca obyek terasa agak panas saat ditempelkan pada punggung tangan.
    II.3.2.         Pewarnaan Gram
    1.         Disiapkan olesan bakteri pada kaca obyek.
    2.         Setelah selesai difiksasi panas, diletakkan kaca-kaca obyek di atas rak pada bak pewarna. Dilakukan pewarnaan gram dengan tahapan sebagai berikut:
    a.          Digenangi olesan bakteri dengan menggunakan pewarna primer, ungu kristal selama satu menit.
    b.         Dengan menggunakan pinset atau penjepit lain, dimiringkan kaca obyek di atas bak pewarna untuk membuang kelebihan ungu kristal, kemudian dibilas olesan dengan aquades.
    c.          Ditiriskan kaca obyek dengan cara menegakkan sisi-sisi yang pendek dari kaca obyek tersebut di atas kertas serap, kemudian dikembalikan kaca obyek ke atas rak pada bak pewarna.
    d.         Digenangi olesan dengan iodium gram selama dua menit.
    e.          Dimiringkan kaca obyek untuk membuang kelebihan iodium, kemudian dibilas olesan dengan menggunakan aquades.
    f.          Dicuci olesan dengan menggunakan pemucat warna, alkohol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau hingga warna ungu kristal tidak lagi terlihat mengalir dari kaca obyek.
    g.         Dicuci olesan dengan menggunakan aquades, kemudian ditiriskan dan dikembalikan ke rak pada bak peawarna.
    h.         Digenangi olesan dengan menggunakan pewarna tandingan, safranin selama 30 detik.
    i.           Dimiringkan kaca obyek untuk membuang kelebihan safranin, kemudian dibilas olesan dengan menggunakan aquades.
    j.           Ditiriskan kaca obyek dan diserap kelebihan air pada olesan dengan menekankan kertas serap secara hati-hati ke atasnya.
    3.         Diamati masing-masing preparat di bawah mikroskop.



    Untuk memudahkan pembelajaran, silahkan mendownload tes jurnal ini di sini


    Baca Selengkapnya..

    Jumat, 10 Februari 2012

    Pewarnaan Bakteri/ Mikroorganisme


    Latar Belakang Adanya Pengecatan / Pewarnaan Mikroorganisme dan Fungsi Pewarnaan Bakteri/ Mikroogranisme

    Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air. Untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri  dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk mengidentifikasinya dilakukan dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

    Gambar 1. Pewarnaan Spora

    Alasan Dibutuhkan Perlakuan yang Keras Untuk Mewarnai Mikroorganisme

    Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai untuk dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pewarnaan Bakteri

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.

    Teknik Pewarnaan Bakteri

    Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.

    Keywords :

    Baca Selengkapnya..

    Selasa, 07 Februari 2012

    Pala

    Pala menurut klasifikasinya termasuk dalam genus Myristica dan spesies M. fragrans, sehingga memiliki nama latin Myristica fragrans. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 18 m. Daun Pala berbentuk bulat-telur atau lonjong-panjang dimana kaki dan ujungnya tajam. Bagian belakang daun Pala berwarna biru-hijau, sedangkan bagian atas daun berwarna hijau-tua, berukuran 15 x 7 cm dan berbau wangi aromatis. Tanaman Pala ini berbuah bundar dengan kerut menurut panjangnya buah dan terbagi dalam dua belah 
     
    Gambar 1.Tanaman Pala

    Buah palamengandung zat-zat, seperti: minyak terbang (myristin, pinen, kamfen (zat membius), dipenten, pinen safrol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), gliseda (asam-miristinat, asam-oleat, borneol, giraniol), protein, lemak, pati gula, vitamin A, B1, dan C. Buah pala juga mengandung trigliserida yang merupakan suatu produk alam yang penting. Trigliserida yang dapat diperoleh dari biji pala adalah trimiristin, dimana trimiristin memiliki titik leleh 56-57°C.

    Biji pala dikenal sebagai Myristicae Semen yang mengandung biji Myristica Fragrans dengan lapisan kapur, setelah fulinya disingkirkan. Asam miristat merupakan komponen utama dari biji pala. Kandungan asam miristat dalam biji pala sebesar 76,6%. Bijinya mengandung minyak terbang dan memiliki wangi dan rasa aromatis yang agak pahit. Biji pala mengandung minyak atsiri sebanyak 7-14%. Biji pala yang ditumbuk disebut sebagai bubuk pala, dimana bubuk pala ini sering dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dapat dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
    Gambar 2. Biji Pala
    Pala memiliki beberapa kegunaan, antara lain yaitu sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat sakit perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang menyenangkan. Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar, sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat perangsang. Bunga kering (kembang pala) dipakai sebagai campuran jamu. Getah segar yang berwarna kehijau-hijauan dari buahnya (beserta air) dipakai sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Sabun dari buah pala juga dapat digunakan sebagai obat encok. Kegunaan khusus dari biji pala, yang dikenal sebagai Nux moschata M.moschata adalah sebagai obat homeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau tepung. Obat homeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri, sembelit, penyakit sulit tidur, dan juga bisa dipakai untuk perut kembung. 
    Pala memiliki beberapa kegunaan, antara lain yaitu sebagai obat pelepas kelebihan gas di usus dan sebagai obat sakit perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak terbang dengan wangi pala yang menyenangkan. Pala Irian dipakai sebagai obat pencahar, sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat perangsang. Bunga kering (kembang pala) dipakai sebagai campuran jamu. Getah segar yang berwarna kehijau-hijauan dari buahnya (beserta air) dipakai sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Sabun dari buah pala juga dapat digunakan sebagai obat encok. Kegunaan khusus dari biji pala, yang dikenal sebagai Nux moschata M.moschata adalah sebagai obat homeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau tepung. Obat homeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri, sembelit, penyakit sulit tidur, dan juga bisa dipakai untuk perut kembung.

    (Sumber : wikipedia.org dan Ima Fauziah, 2011)

    Keywords :




    Baca Selengkapnya..

    Jumat, 03 Februari 2012

    Tips-Tips Praktikum Mikrobiologi (Khamir dan Kapang)


    1. Pada saat menit-menit awal, cobalah terlebih dahulu membuat 1 preparat khamir atau kapang dan langsung diamati (Jika hasil pengamatan terlalu ramai akan jamur berarti sampel yg diambil terlalu banyak begitupun sebaliknya). Dari situ Anda bisa mengetahui seberapa banyakah khamir atau kapang yang harus Anda taruh di preparat. Semakin banyak Anda membuat preparat, maka lama kelamaan Anda akan semakin terampil.
    2. Setelah itu buatlah preparat khamir atau kapang sebanyak mungkin (setiap jenis khamir dan kapang cukup 1 preparat terlebih dahulu). 
    3. Barulah diamati semua preparat
    4. Jika ada hasil pengamatan yang kurang memuaskan, barulah diulang (dibuat lagi preparatnya)
    5. Jika hasil yang didapat memuaskan atau sangat memuaskan, bisa dipamerkan ke asisten praktikum (menambah nilai).
    Tips- Tips Selama Praktikum :
    1. Selalu Tepat Waktu (baik dalam hal kedatangan, pengumpulan laporan, maupun dalam mengakhiri praktikum) karena itu semua Dinilai.
    2. Selalu Aktif (jangan pernah terlihat nganggur atau hanya melakukan pekerjaan sepele saja selama praktikum. Misalnya : selama praktikum hanya kerjaannya mencuci).
    3. Kecerobohan akan mengurangi nilai. Misalnya : Merusakkan barang (jika terjadi cukup laporkan pada laboran saja), Menyeret mikroskop (Haram hukumnya jika ketahuan), Mengambil kaca preparat tanpa terlebih dahulu, menurunkan panggung mikroskop.
    4. Jagalah kebersihan.
    Semoga tips-tips dari saya dapat berguna bagi Anda selama menjalani proses praktikum Mikrobiologi. Nilai bukanlah tujuan utama dalam menjalani praktikum ini, tetapi pengalaman yang Anda dapatkan selama proses praktikum, itulah yang terpenting (bekal bagi Saudara di masa depan). Good Luck !



    Baca Selengkapnya..

    Rabu, 01 Februari 2012

    Tes Jurnal Praktikum Mikrobiologi (Pengamatan Morfolgi Khamir dan Kapang)

    Tes Jurnal 1 (Praktikum Mikrobiologi)
    1.  Apa tujuan percobaan ini ? (biasanya akan ditanyakan pada siswa sebelah kiri dari posisi asisten)
    Mahasiswa mampu membuat preparat khamir dan kapang.
    Mahasiswa mampu melakukan pengamatan terhadap morfologi khamir dan kapang dengan menggunakan mikroskop.
        Mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi khamir dan kapang.
    2. Apa itu preparat ?
    Preparat ialah objek yang akan kita amati di panggung mikroskop.
    3. Bagaimana cara membersihkan preparat ?
    Untuk membersihkan kaca preparat, pertama kaca obyek dipegang dengan tangan kiri, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dibasahi dengan air dan dibilaskan pada kaca obyek. Kemudian kedua jari pada tangan kanan diberi sabun dan dibilaskan pada kaca obyek.
    Setelah dilakukan pembersihan dengan menggunakan sabun, kemudian kaca obyek dibilas dengan menggunakan etanol 95%. Hal ini dimaksudkan agar kaca obyek steril. Kaca obyek lalu ditiriskan untuk membuang kelebihan etanol, kemudian diserap dengan kertas serap agar tidak menimbulkan goresan pada kaca obyek.
    Setelah kaca obyek steril dan bersih, kaca obyek hanya boleh dipegang pada bagian sisi-sisinya saja. Hal ini bertujuan agar lemak pada tangan tidak menempel pada kaca obyek. Kemudian pada bagian bawah permukaan kaca obyek digambar lingkaran dan diberi keterangan supaya pengamatan pada mikroskop nantinya akan lebih mudah.
    4. Apakah syarat olesan yang baik ?
    Olesan yang baik adalah olesan yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Jika terlalu tebal, maka akan terjadi penumpukan mikroba, sehingga akan sulit diamati. Jika terlalu tipis juga akan sulit diamati karena bentuknya tidak jelas.
    5. Berapakah besar perbesaran untuk pengamatan ini ? Mengapa ?
    Pengamatan morfologi khamir digunakan perbesaran 400x, karena jamur sudah dapat diamati dengan jelas dan karena ukuran jamur yang tidak mikroskopis seperti bakteri, sehingga perbesaran yang digunakan 400x saja.
    6. Mengapa sesudah dan sebelum menggunakan ose harus dipijarkan terlebih dahulu ?
    Hal ini dimaksudkan agar mikroorganisme yang menempel pada kawat ose mati dan untuk mensterilkan kawat ose.
    7. Apa itu air steril ?
    Air steril adalah air yang telah disterilisasi sehingga tidak ada lagi mikroorganisme di dalam air tersebut
    8. Mengapa pada saat pengamatan khamir hanya diberikan air steril saja ?
    Pada pengamatan morfologi khamir digunakan air steril karena kamir mempunyai warna yang kontras saat diamati dengan mikroskop sehingga tidak perlu diberi tambahan Lactophenol. 
    9. Mengapa pada saat pengamatan kapang perlu diberi lactophenol ?
    Pada pengamatan morfologi kapang digunakan larutan Lactophenol karena kapang mempunyai warna yang transparan apabila diamati dengan mikroskop. Maka dibutuhkan pewarnaan yang dapat mewarnai latar belakang pengamatan sehingga perlu diberi tambahan Lactophenol.
    10. Sebutkan contoh-contoh kapang dan kapir ?
    Kapang
    Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Penicilium roqueforti, Neurospore sitophia dll
    Khamir
    Saccharomyces cerevisiae,Zygosaccharomyces spp, Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera.
    11. Manfaat Khamir dan Kapang dalam industri ?
    Kapang
    1.                   Yogurt
    Di dalam yogurt bisa terdapat yeast yang kebanyakan dibawa oleh bahan-bahan tambahan terutama buah-buahan (strawberry, anggur) sehingga yogurt tersebut harus diperhatikan temperatur penyimpanannya agar populasi yeast tetap dan tidak berkembang lagi.
    2.                   Kefyr
    Butir-butir bibit kefyr terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang dikelilingi matriks berbentuk lendir yang terdiri atas glukosa polisakarida yang disebut kefyran dimana bibit ini adalah campuran bakteri dan yeast. Jenis             Saccharomyces fragilis dan Saccharomyces lactis dapat melakukan fermentasi terhadap laktosa dalam fermentasi susu. Oleh sebab itu penting peranannya dalam produk susu asam yang berkhasiat misalnya dalam butir-butir kefyr yang terdiri bakteri asam laktat dan Candida kefyr.
    3.                   Tape
    Dalam pembuatan tape setidaknya terlibat tiga kelompok mikroorganisme yaitu mikroba perombak pati menjadi gula yang menjadikan           tape pada awal fermentasi berasa manis. Mikroba yang berperandalam proses             ini adalah Endomycopsis fibuliger serta beberapa jamur dalam jumlah kecil. Adanya gula menyebabkan mikroba yang menggunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol. Yang masuk dalam kelompok ini adalah Saccharomyces dan Cabdida yang menybabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanya alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa asam pada tape yang dihasilkan.

    12. Apa perbedaan khamir dan kapang ?
    Kapang merupakan jenis jamur MULTISELULER yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium. Kapang tersebut mudah dijumpai pada bagian-bagian ruangan yang lembab, seperti langit-langit bekas bocor, dinding yang dirembesi air, atau pada perabotan lembab yang jarang terkena sinar matahari. Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1 – 10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara.
    Khamir merupakan jenis jamur UNISELULER. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler berbentuk ovoid atau spheroid. Bentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid, kadang dapat membentuk miselium semu. Ukuran juga bervariasi. Struktur yang dapat diamati meliputi dinding sel, sitoplasma, vakuol air, globula lemak dan granula. Kebanyakan khamir melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukan tunas secara multilateral ataupun polar. Reproduksi secara seksual menghasilkan askospora melalui konjugasi dua sel atau konjugasi dua askospora yang menghasilkan sel anakan kecil. Jumlah spora dalam askus bervariasi tergantung macam khamirnya.

    13. Bagian-Bagian Mikroskop juga harus hafal...

    14. Cara Kerja ?? (Harus Hafal)
     Pengamatan Morfologi Khamir
    1.         Diteteskan satu ose air steril pada kaca obyek yang bersih.
    2.         Diambil khamir dengan ose dan diletakkan pada tetesan air steril.
    3.         Ditutup dengan cover glass dan diamati preparat dengan mikroskop.
      Pengamatan Morfologi Kapang
    1.         Ditempatkan larutan Lactophenol sebanyak satu tetes di atas kaca obyek yang bersih.
    2.         Diambil kapang dengan ose dan diletakkan pada tetesan Lactophenol.
    3.         Ditutup dengan cover glass dan diamati preparat dengan mikroskop.




    kalian bisa dapatkan versi dokumen dari artikel ini disini agar pembelajaran menjadi lebih mudah...


     
    Baca-baca lagi laporan praktikum mikrobio semester lalu atau tahun lalu sebagai referensi. Pengetahuan Anda pada Matakuliah Mikrobiologi Industri juga akan sangat bermanfaat dalam menjawab pertanyaan tes jurnal. 
    kalo perlu, stay tune di artikelteknikkimia.blogspot.com biar kalian gak ketinggalan informasi penting seputar dunia teknik kimia....
    Good Luck !



















    Baca Selengkapnya..

    KIRIM ARTIKEL GRATIS

    Selamat Datang Di Catatan Wiesnu Santiana

    Bagi teman-teman yang meiliki ide atau aspirasi apa saja dan ingin berbagi dengan teman-teman yang lainnya, saya Wiesnu Santiana mengajak Anda untuk berpartisipasi mencurahkan fikirannya di blog ini. Caranya cukup mudah yaitu silahkan Anda isi Nama dan Email dahulu untuk masuk ke area Pengiriman Artikel kemudian klik tombol MASUK dan kemudian silahkan ikuti langkah selanjutnya di Area Pengiriman Artikel. Terima kasih..!


    Hormat Saya
    Wiesnu Santiana

    Masukan Nama dan Email Anda yang valid pada form di bawah ini:

    Nama :


    Email :


    Masukan Kode :
    Security code